Teleskop James Webb Abadikan Momen Planet Tabrak Bintangnya Sendiri

3 min read

Jakarta – Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) kembali mencatat pencapaian luar biasa dalam dunia astronomi. Kali ini, teleskop canggih ANGKARAJA milik NASA tersebut berhasil mengamati langsung proses dramatis kematian sebuah planet.

Fenomena ini adalah peristiwa langka yang memberikan wawasan baru tentang dinamika sistem planet. Sekaligus, nasib akhir planet-planet yang mengorbit dekat dengan bintang induknya, seperti bumi.

Melansir laman Space pada Senin (14/04/2025), fenomena ini pertama kali terdeteksi pada Mei 2020 oleh Fasilitas Transien Zwicky. Para astronom mencatat adanya lonjakan cahaya dari sebuah bintang di konstelasi Aquila, sekitar 12.000 tahun cahaya dari bumi.

Awalnya, para astronom menduga lonjakan cahaya itu terjadi karena bintang yang tengah memasuki fase raksasa merah, telah menelan planet gas raksasa di dekatnya. Namun, observasi lanjutan menggunakan JWST mengungkapkan cerita yang lebih kompleks dan menakjubkan.

Bukannya langsung ditelan, planet tersebut mengalami peluruhan orbit selama ribuan tahun hingga akhirnya menabrak bintang induknya. JWST berhasil mendeteksi struktur yang menunjukkan proses ini secara detail.

JWST menangkap gambar sebuah cincin gas panas mengelilingi bintang serta awan debu dingin yang menyelimuti sistem. Hal ini menunjukkan sisa-sisa tabrakan dahsyat antara planet dan bintang.

Bintang tersebut, yang terletak di galaksi Bima Sakti, memiliki karakteristik mirip namun tidak persis sama dengan matahari. Ia sedikit lebih merah, kurang bercahaya, dan hanya memiliki sekitar 70 persen dari massa matahari kita.

Sementara itu, planet yang ditelannya diyakini berasal dari kelas “Jupiter panas”. Planet gas raksasa dengan suhu tinggi akibat orbit yang sangat dekat dengan bintangnya.

Fenomena ini merupakan bukti langsung pertama dari teori migrasi planet, di mana interaksi gravitasi dalam sistem planet menyebabkan orbit planet menjadi tidak stabil. Akibatnya, planet gas raksasa seperti Jupiter panas perlahan-lahan mendekati bintang induknya hingga akhirnya jatuh dan menghilang ditelan sang bintang.

Peristiwa serupa dipercaya umum terjadi di banyak sistem bintang di galaksi kita. Bahkan, para ilmuwan memprediksi bahwa skenario ini juga bisa menjadi masa depan Tata Surya kita.

Dalam sekitar lima miliar tahun ke depan, matahari diperkirakan akan memasuki fase raksasa merah. Bintang ini akan mengembang secara signifikan dan mungkin akan menelan planet-planet terdekatnya seperti Merkurius dan Venus, dan dalam skenario ekstrem, bahkan bumi.

Saat matahari mencapai tahap akhirnya, ia akan meledakkan lapisan luarnya dan hanya menyisakan inti yang sangat panas dan padat yang disebut katai putih. Tahap ini menandai akhir dari siklus hidup bintang seperti Matahari dan membuka babak baru dalam evolusi sistem planet.

Penelitian ini dipimpin oleh astrofisikawan dari NOIRLab, dan hasil temuannya telah dipublikasikan dalam jurnal Astrophysical Journal. Penemuan ini tidak hanya mengungkap peristiwa langka, tetapi juga membuka jalan bagi observasi lanjutan oleh teleskop masa depan seperti Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman, yang diharapkan dapat menangkap lebih banyak peristiwa serupa dan memperkaya pemahaman umat manusia tentang nasib planet-planet dan kehidupan bintang.

Sumber : Costasmeraldaclassicmusicfestival.com

You May Also Like

More From Author